Senin, 24 Mei 2010

Dekan FEUI Termuda: Saatnya Menghidupkan Tokoh-tokoh Muda

Firmanzah membuat kejutan dengan menjadi Dekan Fakultas Ekonomi UI termuda, pada usianya yang belum genap 33 tahun. Kehadiran ekonom-ekonom ataupun tokoh muda ini terasa segar di tengah tokoh-tokoh yang muncul selama ini terkesan itu-itu saja.

Firmanzah mampu menjadi Dekan FEUI setelah mengalahkan para seniornya yang rata-rata sudah bergelar Profesor. Alumnus jurusan manajeman FEUI angkatan 1994 yang berusia genap 33 tahun pada Juni nanti itu antara lain mengalahkan kakak dari Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati, Dr Ir Nining Indrayono Soesilo MA.

Dalam pemilihan Dekan FE UI 14 April 2008, Firmanzah, Ph.D berhasil mengungguli 2 kandidat calon dekan lainnya, yaitu Prof Sidharta Utama PhD CFA dan Arindra A Zainal, PhD. Terpilihnya Firmanzah sebagai Dekan FE-UI periode 2009-2013, sekaligus mengukir sejarah sebagai Dekan termuda sepanjang sejarah UI dan sebagai pegawai BHMN pertama yang menjabat posisi Dekan.

Bagaimana kisah pria yang biasa disapa Fiz ini bisa melenggang ke kursi tertinggi di FEUI? Berikut wawancara detikFinance dengan Firmanzah di kantornya, Dekanat FEUI, Depok, Kamis (16/4/2009).

Bagaimana rasanya terpilih menjadi Dekan FEUI di saat saingan anda begitu berat dan lebih senior dari anda?

Tokoh-tokoh muda mati suri dan akhirnya mati suri, itu harus dihidupkan lagi tokoh-tokoh muda. Saat ini kita bicara tentang kinerja berbasis kompetensi dan itu harus dilakukan. UI sedang melakukan transformasi, Rektor yang melakukan itu. Membuat UI lebih fresh, UI keluar dari konservatisme. Lebih adaptif dengan kompetisi di tingkat regional dan juga global, jadi penuh dengan perubahan.

Perlu komitmen universitas jadi kita memilih pemimpin fakultas karena kompetensinya. Bukan karena dukungan atau dia itu siapa dan asalnya dari mana. Itu budaya feodal. Aristokrasi, feodal, dan nepotisme itu sudah tidak relevan lagi saat ini, jadi pemilihan dekan saat itu murni dinilai dari kompetensi. Ini kompetisi, dan mekanisme pemengangnya lewat kompetensi, dan kita harus belajar untuk menjalankannya. Kita juga harus belajar, jangan karena si X ini saudara siapa maka lebih dipilih.

Apakah anda tidak mempunyai beban saat bersaing dengan senior waktu itu?

Ada beban karena bersaing dengan senior, bagaimanapun mereka itu dosen kita dan lebih berpengalaman. Namun itu konsekuensi yang sudah saya sadari sejak awal. Kita harus upgrade diri kita dengan cepat menyesuaikan diri dengan apa yang diinginkan institusi, karena semangat saja tidak cukup. Tapi kita harus belajar untuk menutupi kekurangan-kekurangan kita, belajar dari senior dan teman-teman yang lebih pengalaman.

Persiapan berapa lama?

Persiapannya ada persiapan umum seperti sekolah S3, buat buku dan tulisan yang dipublikasi secara internasional. Membuka jaringan dan komunikasi dengan senior. Persiapan khususnya ketika mengambil formulir pencalonan dekan.

Apa konsep yang anda tawarkan saat itu?

Saya lihat FEUI mempunyai sejarah yang panjang, kompleks, rumit dengan banyaknya lembaga dan program studi seperti ada Ilmu Studi Pembangunan, Ilmu Akuntasi dan Ilmu Manajemen. Tantangan kita ke depan adalah untuk melakukan internasionalisasi secara global. Kita tidak lagi head to head dengan UGM atau universitas lainnya di luar negeri, kita sekarang harus sejajar secara internasional. Dan kita tidak bisa sendiri, harus ada sinergi dari 3 program studi yang ada, dengan mahasiswa, dosen, dan sebagainya untuk memajukan FEUI.

Caranya bagaimana untuk bawa FEUI ke persaingan internasional?

Saya akan mengakselerasi kerjasama internasional. Baik itu mengundang dosen dari luar negeri untuk mengajar di sini, atau outbond, dalam arti dosen kita dikirim untuk mengajar ke luar negeri.

Ada rencana rekomendasi ke pemerintah?


Aspek distribusi dan penataan lembaga. Saya baru dua hari, dan masih banyak yang harus dikerjakan. Tadi ada yang datang dari Slovakia, dan mereka appreciate, karena yang termuda di Slovakia adalah 34 tahun. Dan saya juga lagi Guru Besar, dan mudah-mudahan selesai dalam 3 atau 4 bulan. Saya berencana buat media center.

Sumber:www.detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar