Senin, 07 Juni 2010

Sepenggal Kisah di Kapal Mavi Marmara

Sesaat setelah menginjakkan kaki di Bandara Soekarno-Hatta, wajah tiga sukarelawan Komite Indonesia Solidaritas untuk Palestina (Kispa), H Ferry Nur, Muhendri Muchtar, dan Hardjito Warno, serta satu orang jurnalis tvOne, Muhammad Yasin, langsung sumringah. Perasaan lega bercampur senang terlihat di wajah mereka.

"Alhamdulilah," ujar Hardjito seraya bernapas panjang. Mereka menempuh perjalanan panjang dari Amman, Jordania, menuju Jakarta sejak Minggu malam waktu setempat.

Para relawan pun sempat berbagi kisah duka mereka. Ferry Nur, misalnya, sempat berkisah singkat mengenai apa yang dialaminya ketika berada di dalam kapal kemanusiaan Mavi Marmara yang diserbu pasukan komando Israel.

"(Tentara Israel) mempersulit orang untuk beribadah, ke toilet. Mereka tidak memberikan makan di kapal. Kami diborgol lebih kurang 15 jam," kenang Ferry.

Sementara itu, Yasin sempat menuturkan apa yang dialaminya ketika tentara Israel menyerbu. "Awalnya para wartawan bertahan di press room. Namun, mereka menyerang membabi buta, tidak berhenti. Mereka melempari bom ke arah kapal. Sniper juga di mana-mana, mengawasi kami," tambahnya.

Yasin bercerita, Surya Fachrizal dari Sahabat Al Aqsa ditembak karena hendak memotret tentara Israel yang menembaki kapal. Sementara itu, Muhendri berkisah, tentara Israel melarang mereka berkomunikasi panjang dalam Bahasa Indonesia. "Kami sesama tahanan tidak boleh berbicara banyak," ujarnya singkat.

Ketiga sukarelawan Kispa hanya bertahan beberapa menit saja di bandara. Setelah berbagi kisah, mereka pun segera meluncur ke Kementerian Luar Negeri RI. Di sana, pemerintah secara simbolis menyerahkan mereka kepada keluarga masing-masing.



Sumber :www.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar